Kamis, 12 April 2012

Gizi Kesmas-Pengukuran konsumsi makanan


BAB II
PEMBAHASAN

                  Pengertian
Survey Konsumsi MakananYaitu mempelajari/menelaah jumlah makanan yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dan membandingkan dengan baku kecukupan, sehingga diketahui kecukupan gizi yang dipenuhi.
Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan seseorang atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif . Metode yang bersifat kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahanmakanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut
 
                 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
1.      Metode kualitatif
a.       Metode frekuensi makanan (food frequency)
b.      Metode riwayat makan (dietary history)
c.       Metode pendaftaran makanan (food list)
d.      Metode telepon.

2.      Metode kuantitatif
a.       Metode recall 24 jam
b.      Perkiraan Makanan (estimated food record)
c.       Penimbangan makanan (food weighing)
d.      Metode food acount 
e.       Metode inventaris  (inventori method)
f.       Pencatatan (hosehold food record)

      Metode Kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, fre­kuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

a.    Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untu-k memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Disini dibahas mengenai frekwensi makan misalnya berapa kali anak makan makanan pokok (makanan hewani, nabati, sayur-sayuran, buah-buahan) dan lain-lainya dalam sehari. Yang di gunakan adalah skala pengukuran rasio.

Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi.

Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Con­toh kuesioner food frequency dapat dilihat pada Lampiran 10. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang di­konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.
1.1     Langkah-langkah Metode frekuensi makanan
Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya  dan ukuran porsinya.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa (2001):
1.      Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
2.      Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
1.2    Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.      Relatif murah dan sederhana
2.      Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3.      Tidak membutuhkan latihan khusus
4.      Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan   makan
1.3    Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:

1.      Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2.      Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3.      Cukup menjemukan bagi pewawancara
4.      Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
5.      Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

b.   Metode riwayat makan (dietary history)
Metode ini bersifat kualitatif ‘karena memberikan gambaran pola konsumsi berda­sarkan pengamatan dalam w aktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1.     Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang me­ngumgulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
2.     Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jmn tadi.
3.     Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang.
Contoh kuesioner metode dietary history dapat di lihat pada lampiran 9
2.1 Langkah-langkah metode riwayat makan:
1.    Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makannya. Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit dan sebagainya juga dicatat. Termasuk jenis

makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipang­gang dan sebagainya).
2.    Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpul­kan.
2.2 Kelebihan metode riwayat makan
1.         Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
2.         Biaya relatif murah.
3.         Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
2.3 Kekurangan metode riwayat makan
1.         Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.
2.         Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.
3.         Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.
Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif. Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.
 
a.    Metode pendaftaran makanan (food list)
Metode pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei dilakukan (biasanya 1-7 hart). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai pembeliannya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dart responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang piaraan.
Jumlah bahan makanan diperkirakan dengan ukuran berat atau URT. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu seperti food model atau contoh lainnya (gambar­gambar, contoh bahan makanan aslinya dan sebagainya) untuk membantu daya ingat responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan for­mulir yang telah disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti.

3.1 Langkah-langkah metode pendaftaran makanan
 
·      Catat semua jenis bahan makanan atau makanan yang masuk ke rumah tangga
·      dalam URT berdasarkan jawaban dart responden selama periode survei.
·      Catat jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing anggota keluarga baik
·      dirumah maupun diluar rumah,
·      Jumlahkan semua bahan makanan yang diperoleh.
·      Catat umur dan jenis kelamin anggota keluarga yang ikut makan.
·      Hitung rata-rata perkiraan konsumsi bahan makanan sehari untuk keluarga.
·    Bila ingin mengetahui perkiraan konsumsi per kapita, dibagi dengan jumlah anggota keluarga.

 
3.2 Kelebihan metode pendaftaran
§  Relatif murah, karena hanya membutuhkan waktu yang singkat.
3.3 Kekurangan metode pendaftaran
·       Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi/perkiraan
·       Sangat subyektif, tergantung kejujuran dari responden.
·       Sangat bergantung pada daya ingat responden.
a.         Metode Telepon
Dewasa ini survei konsumsi dengan metode telepon semakin banyak digunakan terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia. Untuk negara berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon.
4.1 Langkah-langkah metode telepon
·       Petugas melakukan wawancara terhadap responden melalui telpon tentang per­sediaan makanan yang dikonsumsi keluarga selama periode survei
·       Hitung persediaan makanan keluarga berdasarkan hasil wawancara melalui telepon tersebut
·       Tentukan pola konsumsi keluarga.
4.2 Kelebihan metode telepon
·       Relatif cepat, karena tidak harus mengunjungi responden
·       Dapat mencakup responden lebih banyak
4.3    Kekurangan metode telepon
·       Biaya relatif mahal untuk rekening telpon
·       Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telpon
·       Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden
·  Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.

  1. Pengukuran Kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar PenyeraPan Minyak.
a.    Metode recall 24 jam
Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku mengingat semua makanan dan jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung Pengingatan sering dilakukan untuk 1 -3 hari.
Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahanmakanan yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo,et al, 1987). Wawancara dilakukansedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yangdikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik,maka terlebih dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan).
Kuesioner tersebutmengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan(Riyadi,1995 ).

1.1 Kuantitas pangan direcall 
meliputi semua makanan dan minuman yangdikonsumsi termasuk suplemen vitamin dan mineral (Gibson,1990).

1.2 Langkah-langkah metode Recall Nutrition

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan Recall Nutrition:
1.    Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan atauminuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurunwaktu 24 jam, 48 jam hingga 3 hari yang lalu tergantung pada tujuan survey konsumsi makanan, kemudian petugas melakukan konversi dari Ukuran Rumah Tangga (URT) seperti potong, ikat, gelas, piring dan alat atau ukuran lain yang biasa digunakan di rumahtangga ke dalam ukuran berat (gram). Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah bahan makanan, bila ingin mengkonversi dari URT kedalam ukuran berat (gram)dan ukuran volume (liter ).Pada umumnya URT untuk setiap daerah dan rumah tangga berbeda-beda, oleh karena itu sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksisesuai dengan URT yang digunakan. Terutama untuk ukuran-

ukuran potong, buah, butir,iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga informasi dan pencatatan harusdilengkapi dengan besar dan kecil ukuran bahan makanan atau makanan tersebut MenurutSusanto (1987) untuk memudahkan dalam mengingat kembali jumlah makanan yangdikonsumsi setiap orang maka diperlukan bantuan contoh bahan makanan (food models) yang telah dibakukan beratnya.
2.    Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar KomposisiBahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zatgizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein,lemak, karbohidrat, beberapa mineral penting (kalsium, besi, dan vitamin, (Vitamin A,Vitamin B, Niasin dan Vitamin C).
3.   Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA)atau AngkaKecukupan Gizi (AKG ) untuk Indonesia. Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yangdianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA ) untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalahWidya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa, 2001). Dasar penyajianAngka Kecukupan Gizi (AKG):
a.    Kelompok umur
b.    Jenis kelamin
c.    Tinggi badan
d.   Berat badan
e.    Aktivitas
f.     Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapigolongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar. Menurut DarwinKaryadi dan Muhilal (1996 ) dalam Supariasa (2001), untuk menentukan AKG individudapat dilakukan dengan

meletakkan koreksi terhadap BB nyata individu/perorangantersebut dengan BB standar
Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi(AKG). untuk perorangan/individu diperoleh dari perbandingan antara konsumsi zat gizidengan keadaan gizi seseorang

Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsizat gizi individu tersebut terhadap AKG. Menurut Depkes RI (1990). bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di bagimenjadi empat dengan cut of points sebagai berikut:
·         Baik : 100% AKGy
·         Sedang : 80± 99 % AKGy
·         Kurang : 70 ± 80% AKGy
·         Defisit : < 70%

1.3 Kelebihan dan Kekurangan Recall Nutrition

Kelebihan dari metode Recall Nutrition adalah :Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf  Dapat memberikan gmbaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehinggadapat dihitung intake zat gizi sehari. Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut :
Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden Oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orangyang hilang ingatan atau orang yang pelupa. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)

dan bagi responden yanggemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate). Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakanalat-alat bantu URT dan ketetapan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarkat
Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apayang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk pada saat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.

1.4 Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet
Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsimakanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa berubah dengan penggunaanmetode dan populasi serta studi gizi. Tipe dari kesalahan pengukuran dapat diminimalkanoleh mutu menggabungkan prosedur control pada waktu proses pengukuran.

1.5 Sumber dari Kesalahan Pengukuran

Banyak penyebab dari kesalahan ini dalam rumah tangga dan individu dengan metode surveikonsumsi makanan. Kesalahan utama akan dijelaskan pada bagian ini :

1.    Nonrespondent Bias/Bias Nonresponden
dalam survey makanan memberikan hasil,sebaliknya sampel acak dari subjek tidak mewakili populasi studi.
2.    Respondent Bias/Bias Responden
 diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik ataukelemahan laporan dari konsumsi makanan


3.    Interviewer Bias/Kesalahan Pewawancara  bisa terjadi jika ada perbandingan pertanyaandiantara para pewawancara untuk informasi yang merubah tingkat atau catatan jawabandari subjek tidak benar.
4.    Respondent Memory Lapse/Terbatasnya Daya Ingat Responden bisa mengakibatkankesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu tambahan memori untuk mengingat kembali
5.    Incorrect Estimate of Protein Size/Kesalahan perkiraan ukuran porsi dapat terjadi dariresponden yang gagal mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan ataukurang paham ³rata-rata´ ukuran porsi
6.    Supplement Kause/Pemakaian Suplemen
 bisa menghilangkan catatan makanan ataumengingat kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi
7.    Coding Error/Kesalahan Pengkodean
dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi telahdikonversi dari ukuran rumah tangga ke ukuran gram dan ketika makanan memakai kode(eg ,2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).
8.    Mistakes in the Holding of Mixed Disease/Kesalahan dalam Perlakuan Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan perkiraan dari kandungan gizi per gram dan juga kesalahan dalam penilaian kelompok makanan tertentu.

1.6 Penilaian dan Kontrol dari Kesalahan Pengukuran

Kesalahan pengukuran acak dan kesalahan pengukuran sistematik dapatdiminimalkan dengan menggabungkan bermacam mutu-prosedur kontrol ke dalamsetiap tingkatan dari metode penilaian makanan karena itu bisa dilakukan pelatihan danlatihan kerja untuk pewawancara dan pembaca kode, standardisasi dari teknik wawancara dan kuisioner, pretest dari kuisioner, dan administrasi dari studi pilot utamauntuk survey. Setiap

prosedur dalam penilaian makanan harus sering dicek untuk menjamin pemenuhan dengan standardisasi umum
Kesalahan acak tidak seperti kesalahan sistematik, dapat diminimalkan denganmenambah jumlah observasi. Sebaliknya, kesalahan sistematik bisa berkelompok dengan hanya beberapa responden (eg, obes atau subjek tua),wawancara khusus ataumakanan pasti (e,g., alkohol).
Urusan tentang akibat dari kesalahan pengukuran sedang perkiraan risiko relatif untuk penyakit telah terus meningkat untuk penggunaan daristudi kalibrasi untuk mengukur kesalahan pengukuran sistematik. Penilaian dari peniruan dan validitas dari penggunaan metode makanan perlu sekali, khususnya untuk  palang-perbandingan negara dan surveilans gizi (Buzzard dan Sievert,1994).
1.7 Hasil Model/Contoh Makanan dan Ukuran Rumah Tangga
Telah digunakan dalam beberapa survey nasional konsumsi makanan membandingkan ukuran porsi melaporkan ketelitian dari 2 dimensional (2-D) modelmakanan dan sebuah range dari ukuran 3-D,   sekarang digunakan sebagai sebuah dalamkomponen dietary dari NHANES. 2-D model makanan adalah 32 riwayat setiap ukurangambaran dari tempat rumah tangga (gelas, mugs, mangkuk), bentuk (gundukan danlebarnya),dan model geometric (lingkaran, sebuah kabellistrik,danketebalan batang). Ukuran 3-D membantu mengukur cangkir, sendok, dan sebuah penggaris. Secarakeseluruhan, kedua 2-D dan 3-D relative membantu menuntun membangkitkanestimasi yang baik dari jumlah makanan, walaupun dalam study ini, memperolehestimasi lebih akurat pada rata-rata dengan 2-D dari petunjuk 3-D, special untuk gundukan makanan. Investigator lain mempunyai laporan bahwa gambar 2-D adalahsama efektif model 3-D (Pietinen et al.,1988; Posner dkk .,1992).

1.8 Estimasi Ukuran Porsi untuk daging 

Estimasi ukuran porsi untuk daging adalah terutama sukar oleh karena bentuk yangluar biasa dari ukuran bagian dari daging. Tentu saja, dalam study oleh Weber dkk (1997), kesalahan dalam estimasi dari ukuran daging (steak) sampai 80% yangditemukan. Godwin dkk (2001). Memiliki penyelidikan/penelitian penggunaan darivariasi penentuan estimasi ukuran porsi (seperti kantong, papan taraf, penggaris,diagram dan ukuran jaringan).
Sumber besar dari kesalahan mencatat untuk estimasidari ketebalan dari pada panjang atau lebar, perlengkapan untuk perceptual factor. Kesalahan estimasi ukuran porsi (30%-73,2%), dilaporkan untuk estimasi ukuran porsidari daging utuh dengan lebih dari satu dimensi luar biasa (seperi tulang rusuk),terlepas dari pertolongan ukuran digunakan untuk estimasi ukuran porsi. Oleh karenaketidakakuratan itu rekomendasi penelitian penggunaan penetapan standar berat berdasarkan pada kategori ukuran porsi (i.e.,kecil, median, dan besar) untuk estimasiukuran luar biasa bagian dari daging sebagai tulang rusuk. Untuk bagian, lebih sering,ukuran daging, sebuah garisan akan digunakan untuk estimasi panjang dan lebar, bersama dengan makanan spesifik, menstandarisasikan ukuran dari ketebalan.
Untuk hubungan tipe sosis, digunakan dari sebuah diagram sosis sebagai pengganti darisebuah garisan/batasan, adalah yang terkomendasikan (Godwin e., 2001). Penelitianmembandingkan ketelitian dari bantuan pengukuran porsi dalam mengontrol testlingkungan yang sangat wajib. Nelson dan Haraldsdottir (1998a, b)
memberikan detaildalam bentuk dari banyak study, dengan referensi particular untuk penggunaan gambar untuk mengukur ukuran porsi.


Penggunaan dalam studi tersebut membantu dalammemperkenalkan kedua makanan yang tidak dapat diukur kebenarannya dan populasisubkelompok buat siapa yang menggunakan gambar 2-D atau gambar yang tepat.
 Dalam kondisi untuk melatih pewawancara, beberapa study memiliki penelitianapakah itu berguna untuk deretan responden untuk penggunaan penentuan pengukuran porsi sepersi pada hasil model makanan atau ukuran rumah tangga.
Pada umumnya, pembahasan penggunaan pelatihan kelompok pendek untuk responden menggunakancontoh/model makanan atau ukuran rumah tangga harus dianjurkan
Pembahasan pelatihan mempertinggi kecakapan dari kedua anak dan dewasa untuk estimasi ukuran porsi makanan yang akurat, walaupun untuk anak-anak, mungkin diperlukanmenggunakan sebuah kombinasi dari contoh/model makan dan gambar ukuran makanan mungkin adalah baik (Howat dkk.,1994).

1.9 Cara agar hasil Recall Nutrition tetap valid

Karena keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat respondendan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat mengingatkanmutu data recall dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. Validasi Data Hasil Pengukuran Konsumsi Makanan

1.Validasi dan Akurasi

 Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari validitasatau akurasi dari metode yang digunakan. Validitas atau


akurasi adalah derajatkemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran konsumsimakanan, masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya suatumetode baku (gold standard) yang dapat mengukur konsumsi yang sebenarnya dariresponden. Oleh karena itu, pengujian validitas suatu metode dilakukan dengan membandingkanhasil pengukuran suatu metode dengan hasil metode lain yang diketahui lebih baik.

Contohnya menggunakan alat bantu gambar dan food model Dalam memilih metode pembanding, presisi dan akurasi metode tersebut harus lebihtinggi dari metode yang diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yangdiuji dan pembanding) haruslah menguji parameter yang sama dalam kerangka waktuyang sama pula

2. Presisi atau ReabilitasPresisi (tingkat kepercayaan/reabilitas)

Presisi/ReabilitasPresisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapatmemberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu diantara kedua pengukuran (true daily variation).
Jika kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat presisi terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua pengukuran, jadi hasil pengukuran yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan olehmetodenya yang tidak dipercaya.


Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaanantara dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
·      Berbedanya konsusmsi antara anggota kelompok (variasi antaraindividu/responden).
·      Berbedanya konsumsi dari hari kehari pada setiap anggota kelompok (variasiintra individu/responden).
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harusdibedakan dan dihitung. 
Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi ditentukan oleh beberapahal, antara lain :
§  Lama waktu pengamatan yang digunakan
§  Macam populasi yang diteliti
§  Zat gizi yang ingin diketahui
§  Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya
§  Varians antara dan intra responden

b.   Perkiraan Makanan (estimated food record)
Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.





2.1 Langkah-langkah pelaksanaan food record:
·     Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan).
·     Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi.
·     Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
·     Membandingkan dengan AKG.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.
2.2 Kelebihan metode estimated food records:
·         Metode ini relatif murah dan cepat.
·         Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar.
·         Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari.
·         Hasilnya relatif lebih akurat
2.3 Kekurangan metode estimated food records:
·           Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan res­ponden merubah kebiasaan makanannya.
·           Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.

c.       Penimbangan makanan (food weighing)
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Contoh kuesioner penimbangan makanan dapat dilihat pada Lampiran .
3.1 Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan:
·       Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.
·       Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan).
·       Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya ma­kanan yang dikonsumsi.
3.2 Kelebihan metode penimbangan:
·       Data yang diperoleh lebih akurat/teliti.
3.3 Kekurangan metode penimbangan:
·  Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan.
·  Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
·  Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil.
·  Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

d.      Metode food account
Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah dan rusak, terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang piaraan. Lamanya pencatatan umumnya tujuh, hari (Gibson, 1990). Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang telah dipersiapkan.
4.1 Langkah-langkah pencatatan (food account)
Keluarga mencatat seluruh makanan yang masuk ke rumah yang berasal dari berbagai sumber tiap hari dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan ukuran volume atau berat.
·       Jumlahkan masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan kedalam ukuran berat setiap hari.
·       Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.
4.2 Kelebihan metode pencatatan (food account):
·       Cepat dan relatif murah.
·       Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada periode tertentu
·       Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan
·       Dapat menjangkau responden lebih banyak.

4.3 Kekurangan metode pencatatan (food account):
·  Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
·  Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat ma­kanan dalam keluarga.
e.       Metode inventaris  (inventori method)
Metode inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan caranya menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf (Gibson, 1990).
5.1 Langkah metode inventaris
·           Catat dan timbang/ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari pertama survei.
·           Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang diperoleh (dibeli, dari kebun, pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
·           Catat dan ukur semua bahan makanan yang diberikan kepada orang lain, rusak, terbuang dan sebagainya selama hari survei.

·           Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari terakhir survei.
·           Hitung berat bersih dari tiap-tiap bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei
·           Catat pula jumlah anggota keluarga dan umur masing-masing yang ikut makan
·           Hitung rata-rata perkiraan konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita dengan membagi konsumsi keluarga dengan jumlah anggota keluarga.
Peralatan yang diperlukan dalam metode inventaris antara lain:
·       Kuesioner
·       Peralatan atau alat timbang.
·       Ukuran rumah tangga.
Kelebihan dari metode inventaris:
·  Hasil yang diperoleh lebih akurat, karena memperhitungkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama survei dilakukan.
Kekurangan metode inventaris:
·  Petugas hams terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
·  Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan oleh responden.
Memerlukan peralatan sehingga biaya relatif lebih mahal.
·  Memerlukan waktu yang relatif lama

f.    Pencatatan (hosehold food record)
Pengukuran dengan metode household food record ini dilakukan sedikitnya dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang
atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah, termasuk cara pengolahannya.
Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan untuk tempat/daerah, dimana tidak ba­nyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis.
5.2 Langkah-langkah metode household food record
·  Responden mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dibeli dan diterima oleh keluarga selama penelitian (biasanya satu minggu)
·  Mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dimakan keluarga, termasuk sisa dan makanan yang dimakan oleh tamu.
·  mencatat makanan yang dimakin anggota keluarga di luar rumah.
·  Hitung rata-rata konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita.
5.3 Kelebihan metode household food record
·  Hasil yang diperoleh lebih akurat, bila dilakukan dengan menimbang makanan a Dapat dihitung intake zat gizi keluarga.
5.4 Kekurangan metode household food record:
·  Terlalu membebani responden.
·  Memerlukan biaya cukup mahal, karena responden harus dikunjungi lebih sering.
·  Memerlukan waktu yang cukup lama.
·  Tidak cocok until responden yang buta huruf.
3.Metode Kualitatif dan Kuantitatif
Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.Atau metode penggabungan antara data kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode recall 24 jam dan metode riwayat makan (dietary history)seperti yang sudah dijelaskan diatas.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Pengertian Pola Asupan Makanan. Diambil pada tanggal 6 Desember 2011. Pkl 13:00 WIB dalam : http://www.ojimori.com/2011/09/26/pengertian-pola-asupan-makanan/

Daphane.2011. Pengukuran konsumsi makanan tingkat kelompok rumah tangga dan perorangan.Diambil pada tanggal 6 Desember 2011 Pkl 13:45WIB dalam : http://nounna-daphne.blogspot.com/2011/07/pengukuran-konsumsi-makanan-tingkat.html

            Vegan.2009.Survey Konsumsi Makanan.Diambil pada tanggal 6 Desember 201.Pkl 16:50WIB dalam : http://kesehatanvegan.com/2009/12/01/survey-konsumsi-makanan/





4 komentar:

  1. terimakasih atas artikelnya,, sungguh bermanfaat

    BalasHapus
  2. Mau tanya gmana cara merekapitulasi data kualitatif frekuensi makananan?

    BalasHapus
  3. Mau tanya gmana cara merekapitulasi data kualitatif frekuensi makananan?

    BalasHapus